Larutan
Penyangga
A. Pengertian Larutan
Penyangga
Larutan penyangga adalah suatu sistem larutan yang
dapat mempertahankan nilai pH larutan agar tidak terjadi perubahan pH yang
berarti oleh karena penambahan asam atau basa maupun pengenceran. Larutan ini disebut
juga dengan larutan buffer atau dapar.
Dalam kehidupan sehari-hari, terdapat
berbagai reaksi kimia yang merupakan reaksi asam basa. Sebagai contoh, reaksi
beberapa enzim pencernaan dalam sistem biologis. Enzim pepsin yang berfungsi
memecah protein dalam lambung hanya dapat bekerja optimal dalam suasana asam,
yakni pada sekitar pH 2. Dengan kata lain, jika enzim berada pada kondisi pH
yang jauh berbeda dari pH optimal tersebut, maka enzim dapat menjadi tidak
aktif bahkan rusak. Oleh karena itu, perlu ada suatu sistem yang menjaga nilai
pH di mana enzim tersebut bekerja. Sistem untuk mempertahankan nilai pH inilah
yang disebut dengan larutan penyangga. Hal ini terjadi sebagaimana dalam
larutan ini terdapat zat-zat terlarut bersifat “penahan” yang terdiri dari
komponen asam dan basa. Komponen asam akan menahan kenaikan pH sedangkan
komponen basa akan menahan penurunan pH.
B. Fungsi Larutan Penyangga
Larutan penyangga banyak digunakan dalam
analisis kimia, biokimia dan mikrobiologi. Selain itu, dalam bidang industri, juga banyak
digunakan pada proses seperti fotografi, electroplating (penyepuhan), pembuatan
bir, penyamakan kulit, sintesis zat warna, sintesis obat-obatan, maupun
penanganan limbah.
Di dalam tubuh makhluk hidup juga terdapat
larutan penyangga yang sangat berperan penting. Dalam keadaan normal, pH darah
manusia yaitu 7,4. pH darah tidak boleh turun di bawah 7,0 ataupun naik di atas
7,8 karena akan berakibat fatal bagi tubuh. pH darah dipertahankan pada 7,4
oleh larutan penyangga karbonat-bikarbonat (H2CO3/HCO3−) dengan menjaga perbandingan konsentrasi [H2CO3] : [HCO3−] sama dengan 1 :
20. Selain itu, dalam cairan intra sel juga terdapat larutan penyangga
dihidrogenfosfat-monohidrogenfosfat (H2PO4−/HPO42−). Larutan
penyangga H2PO4−/HPO42− juga terdapat dalam air ludah, yang berfungsi
untuk menjaga pH mulut sekitar 6,8 dengan menetralisir asam yang dihasilkan
dari fermentasi sisa-sisa makanan yang dapat merusak gigi.
C. Komponen Larutan Penyangga
1. Larutan penyangga asam
Larutan buffer asam mempertahankan pH pada
suasana asam (pH < 7). Larutan buffer asam terdiri dari komponen asam lemah
(HA) dan basa konjugasinya (A−). Larutan seperti
ini dapat diperoleh dengan:
1. mencampurkan asam lemah (HA) dengan garam
basa konjugasinya (LA, yang dapat terionisasi menghasilkan ion A−)
2. mencampurkan suatu asam lemah dalam jumlah
berlebih dengan suatu basa kuat sehingga bereaksi menghasilkan garam basa
konjugasi dari asam lemah tersebut.
Contoh: larutan penyangga yang mengandung
CH3COOH dan CH3COO−
Dalam larutan tersebut, terdapat
kesetimbangan:
CH3COOH(aq) ⇌ CH3COO−(aq) + H+(aq)
Pada penambahan asam (H+), kesetimbangan akan bergeser ke arah kiri,
sehingga reaksi mengarah pada pembentukan CH3COOH. Dengan kata
lain, asam yang ditambahkan akan dinetralisasi oleh komponen basa konjugasi (CH3COO−).
Pada penambahan basa (OH−), kesetimbangan akan bergeser ke arah kanan, yakni
reaksi pembentukan CH3COO− dan
H+, sebagaimana untuk mempertahankan konsentrasi ion H+ yang menjadi berkurang karena OH− yang ditambahkan bereaksi dengan H+ membentuk H2O. Dengan kata
lain, basa yang ditambahkan akan dinetralisasi oleh komponen asam lemah (CH3COOH).
2. Larutan penyangga basa
Larutan buffer basa mempertahankan pH pada
suasana basa (pH > 7). Larutan buffer basa terdiri dari komponen basa lemah
(B) dan basa konjugasinya (BH+). Larutan
seperti ini dapat diperoleh dengan:
1. mencampurkan basa lemah (B) dengan garam
asam konjugasinya (BHX, yang dapat terionisasi menghasilkan ion BH+)
2. mencampurkan suatu basa lemah dalam jumlah
berlebih dengan suatu asam kuat sehingga bereaksi menghasilkan garam asam
konjugasi dari basa lemah tersebut.
Contoh: larutan penyangga yang mengandung
NH3 dan NH4+
Dalam larutan tersebut, terdapat
kesetimbangan:
NH3(aq) + H2O(l) ⇌ NH4+(aq) + OH−(aq)
Pada penambahan asam (H+), kesetimbangan akan bergeser ke arah kanan, yakni
reaksi pembentukan NH4+ dan OH−, sebagaimana untuk mempertahankan konsentrasi ion
OH− yang menjadi berkurang karena H+ yang ditambahkan bereaksi dengan OH− membentuk H2O. Dengan kata
lain, asam yang ditambahkan akan dinetralisasi oleh komponen basa lemah (NH3).
Pada penambahan basa (OH−), kesetimbangan akan bergeser ke arah kiri, sehingga
reaksi mengarah pada pembentukan NH3 dan air.
Dengan kata lain, basa yang ditambahkan akan dinetralisasi oleh komponen asam
konjugasi (NH4+).
VIDEO PEMBELAJARAN : Larutan Penyangga
VIDEO PEMBELAJARAN : Larutan Penyangga
0 komentar:
Posting Komentar